
Kediri, 25 Juli 2025.
Pada hari kedua pelaksanaan PKDP 2025, terdapat materi yang menarik, fasilitator hebat dan inspiratif, serta dosen sewaktu kuliah S2. Sehingga hal ini menjadikan semacam dejavu, atau untuk sejenak kenangan masa kuliah dulu muncul mengajak bernostalgi. Akan tetapi, kesadaran menarik untuk tetap fokus dan menikmati sajian materi dari fasilitator.
Prof. Dr. H. Imam Fuadi, M.Ag. menyajikan materi Paradigma Integrasi Keilmuan. Dimana konsep dasarnya adalah, upaya menyatukan berbagai disiplin ilmu, khususnya agama dan umum, untuk menciptakan pemahaman yang lebih komprehensif dan holistik. Paradigmanya adalah, ilmu agama dan umum tidak berdiri sendiri serta saling terkait. Tujuannya adalah untuk menghindari dikotomi antara ilmu agama dan umum, serta menghasilkan lulusan yang memiliki pemahaman mendalam tentang dunia dan agamanya. Pentingnya integrasi adalah memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam dan komprehensif tentang hubungan agama dan dunia. Dari sisi historis, Islam dengan kebudayaannya merupakan pertemuan antara tradisi Timur dan Barat mengingat Islam mengakomodir dan menerima ilmu sebagai khazanah utama yang mampu mengarahkan manusia kepada derajat yang lebih baik. Tidak dapat dipungkiri apabila kejayaan Islam baik dari sisi kekuasaan maupun sebagai lumbung pengetahuan dunia, menjadikannya fase penting kebangkitan Barat dewasa ini. Sehingga menolak Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan ibarat memutus mata rantai peradaban dunia sehingga sejarah menjadi pincang dan tidak elok dibaca.
Intelektual Muslim pada masa lalu memiliki karya yang menunjukkan konsep integrasi keilmuan seperti Ibn Sina, Al Ghazali, Ibn Rusyd, At-Tabari, dll. Sehingga semangat menuntut ilmu dari arah manapun menjadikan cendekiawan islam memiliki keilmuan yang luas sampai menjadikan mereka mampu menghasilkan karya yang lintas disiplin ilmu dengan tetap menyatukan spirit agama serta kebutuhan zaman.
Paradigma integrasi keilmuan di PT akan terjadi jika didukung oleh kelembagaan yang mumpuni. Mengingat penterjemahannya dalam menentukan karakter sampai mata kuliah yang mencirikannya tidak mudah. Karenanya, diperlukan konsep yang jelas dan matang dari tataran filosofis sampai praksis serta menentukan luarannya.
Prof. Dr. H. Agus Zaenul Fitri, M.Pd menyajikan materi Jabatan dan Karir Dosen. Beliau terbilang unik, menarik, sekaligus inspirator. Mengingat dalam slide yang diberikan pada kami, secara runut selain menyampaikan kebijakan dari pemerintah, juga memberikan contoh berbasis refleksi pribadi bahwa untuk menjadi guru besar hanya butuh waktu dua belas tahun dari TMT. Beliau menyatakan, Saya dulu lebih menitikberatkan perhatian dan fokus pada karir fungsional. Mengingat spektrumnya lebih luas, targetnya bisa diukur, serta memacu kita untuk menjadi lebih baik. Kita harus berani memacu diri sendiri dalam karir fungsional mengingat karir dosen, atau menjadi dosen itu adalah sebuah prestisius. Maka bagi Bapak atau Ibu yang sampai hari ini masih menganggap profesi dosen sebagai side job dan kurang serius dalam berkarya di bidang Tridarma, segera ubah mindset tersebut agar Bapak Ibu benar-benar menjadi profesional dan maksimal. Mulai hari ini persiapkan pendidikan atau perkuliahan dengan baik, lakukan penelitian dengan presisi sesuai rumpun keilmuan, dan terapkan pengabdian pada masyarakat sepenuh hati untuk kemudian diintegrasikan dengan dua pilar tridarma sebelumnya. Lakukan kolaborasi dengan siapapun untuk mendongkrak kualitas sebagai dosen.
Beliau selaku Kepala LPM juga menyampaikan bila, jika Bapak Ibu malas mengurusi fungsional, itu artinya Bapak Ibu tidak peduli pada prodi dan kampus dimana mengajar. Jika Bapak Ibu acuh terhadap riset maupun PKM, itu artinya kurang peduli pada peningkatan diri sendiri serta tidak berkontribusi positif pada prodi dan kampusnya.
Dr. Anin Nurhayati, M.Pd.I menyajikan materi Model, Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Taktik Pembelajaran. Uniknya, beliau memberikan kebebasan kami menyampaikan definisi, pengertian, atau pemahaman terkait materi tersebut. Tentunya memahami istilah-istilah tersebut tidak bisa dilepaskan dari basis filosofis pembelajaran sampai pada tataran praksisnya dimana Dosen menemukan taktik yang relevan berdasarkan situasi yang dihadapi ketika perkuliahan dilangsungkan. Beliau menegaskan, memang dari beberapa referensi memberikan pemahaman yang sedikit berbeda mengenai masalah model sampai taktik pembelajaran. Khususnya strategi, metode, dan teknik, terkadang menjadi campur serta menimbulkan bias. Namun sepanjang Bapak Ibu menggunakan referensi yang jelas, bagi saya tidak masalah mengingat Bapak Ibu menggunakan pijakan ilmiah dalam menjelaskannya. Memahami model, pendekatan, sampai taktik pembelajaran perlu dilakukan agar Bapak Ibu selaku dosen memahami pijakan filosofisnya, bagaimana pendekatan perkuliahan yang digunakan, metode yang digunakan, serta teknik untuk menyampaikan dan menghidupkan kelas, serta taktik yang sifatnya situasional. Sehingga terjadi keselarasan antara RPS yang kemarin dibuat dengan praktik pembelajaran yang dilakukan.