Al-Quran Al-Karim di sepanjang masa telah menjadi poros utama Pemikiran Umat Islam.
Benar sekali, Al-Quran Al-Karim telah menjadi pusat dan poros utama bagi pemikiran umat Islam sepanjang sejarah. Sebagai kitab suci umat Islam, Al-Quran tidak hanya menjadi sumber hukum dan panduan kehidupan, tetapi juga menjadi inspirasi utama dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk teologi, filsafat, ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.
Peran Al-Quran dalam Pemikiran Umat Islam:
1. Sumber Hukum dan Moralitas: Al-Quran memberikan pedoman tentang apa yang benar dan salah, serta bagaimana menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ayat-ayatnya menjadi landasan bagi syariat dan prinsip moral.
2. Inspirasi Ilmu Pengetahuan: Dalam sejarah, ayat-ayat Al-Quran sering mendorong para ilmuwan Muslim untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, seperti astronomi, matematika, kedokteran, dan lainnya. Contohnya, ayat-ayat yang berbicara tentang penciptaan alam semesta mendorong penelitian ilmiah.
3. Pemikiran Filosofis dan Teologis: Al-Quran menjadi dasar bagi berbagai pemikiran filsafat Islam, seperti karya-karya Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Ghazali. Para pemikir ini berupaya menjembatani wahyu dengan akal.
4. Pembentukan Identitas dan Budaya: Al-Quran tidak hanya menjadi sumber ritual ibadah tetapi juga membentuk budaya, tradisi, dan cara pandang umat Islam dalam berinteraksi dengan dunia.
5. Bahasa dan Sastra: Keindahan bahasa Al-Quran menjadi standar tinggi dalam kesusastraan Arab dan inspirasi bagi banyak karya sastra Muslim di berbagai bahasa.
6. Panduan Kehidupan Spiritual: Al-Quran juga menjadi sumber utama bagi tasawuf dan kehidupan spiritual umat Islam. Ayat-ayat tentang kasih sayang Allah, ketundukan kepada-Nya, dan kehidupan akhirat menjadi landasan bagi perjalanan ruhani banyak umat.
Tantangan dan Aktualisasi di Masa Kini
Di era modern, peran Al-Quran terus berkembang. Umat Islam dihadapkan pada tantangan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Al-Quran dalam konteks globalisasi, sains modern, dan masalah sosial kontemporer. Dengan pendekatan tafsir yang kontekstual, umat Islam berupaya menjawab persoalan-persoalan kekinian tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Al-Quran.
Dengan pemahaman yang mendalam terhadap Al-Quran, umat Islam dapat terus menjadikannya sebagai landasan hidup yang dinamis, relevan, dan membimbing, baik di masa lalu, sekarang, maupun masa depan.
Allah SWT berfirman :
إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا
“ Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,” ( QS. Al-Isra’ (17) : 9 )
Sobat. Allah swt menyatakan keistimewaan-keistimewaan kitab-Nya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yaitu kitab Al-Qur’an, dengan menunjukkan fungsi dari kitab itu sendiri serta faedahnya bagi seluruh umat manusia. Di antara faedah Al-Qur’an yang disebutkan dalam ayat ini adalah:
Pertama, Al-Qur’an memberi petunjuk kepada orang yang mau menjadi-kannya sebagai pedoman ke jalan yang lurus. Yang dimaksud jalan yang lurus dalam ayat ini ialah agama Islam, yang berpangkal pada ajaran tauhid, yaitu keyakinan bahwa tidak ada kekuatan yang dapat menciptakan dan menguasai alam semesta ini kecuali Allah swt. Kekuasaan-Nya tidak dapat ditandingi oleh siapapun. Dia adalah Penguasa alam yang sebenarnya, dan Zat yang mempunyai kekuasaan Yang Mahabesar.
Kedua, Al-Qur’an memberi kabar gembira kepada orang-orang yang percaya kepada Allah swt dan rasul-Nya, berbuat amal baik, melakukan apa saja yang diperintahkan Allah, dan menghindarkan diri dari berbuat sesuatu yang dilarang-Nya. Kabar gembira itu berupa pahala yang berlimpah yang akan diterima di akhirat, sebagai imbalan dari amal saleh yang mereka lakukan di dunia.
Ketiga, Al-Qur’an adalah peringatan bagi orang-orang yang tidak mem-percayai hari pembalasan dan tidak mengakui adanya pahala dan siksa yang akan diberikan Allah di hari kiamat sebagai balasan bagi perbuatan mereka ketika hidup di dunia. Ancaman yang ditujukan kepada mereka ialah azab yang pedih sebagai balasan dari perbuatan maksiat yang menodai jiwa mereka. Termasuk di dalamnya orang-orang ahli kitab yang tidak mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw.
Al-Quran yang mulia selalu menjadi pedoman hidup umat Islam, sebagaimana petunjuk Nabi Muhammad SAW selalu menjadi pemandu pemikiran mereka. Perhatian dan pikiran mereka selalu berada di kawasan pemahaman kitab yang mulia ini.
Betul sekali! Al-Quran Al-Karim dan petunjuk Nabi Muhammad SAW merupakan dua landasan utama yang selalu menjadi pedoman hidup dan pemandu bagi pemikiran umat Islam di sepanjang sejarah. Hubungan umat Islam dengan Al-Quran begitu mendalam, karena kitab ini tidak hanya menjadi teks suci, tetapi juga merupakan sumber inspirasi spiritual, intelektual, dan praktis.
Peran Al-Quran dalam Kehidupan dan Pemikiran Umat Islam
1. Sebagai Pedoman Hidup:
Al-Quran memberikan arahan yang menyeluruh tentang bagaimana seorang Muslim seharusnya menjalani kehidupan—baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Ia mengatur aspek spiritual, moral, sosial, dan hukum, menjadikannya panduan komprehensif untuk hidup.
2. Pusat Perhatian dan Pemahaman:
Sejak masa Rasulullah SAW, umat Islam diarahkan untuk mempelajari, memahami, dan mengamalkan isi Al-Quran. Nabi SAW bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari).
Pesan ini menjadikan interaksi dengan Al-Quran sebagai fokus utama dalam kehidupan umat Islam, baik dalam bentuk membaca (tilawah), memahami (tafakkur), maupun mengamalkannya.
3. Pemandu Pemikiran:
Petunjuk yang diberikan oleh Rasulullah SAW mengarahkan umat Islam untuk menjadikan Al-Quran sebagai landasan berpikir. Dalam Sunnah, Nabi SAW mengajarkan cara memahami dan mengimplementasikan Al-Quran di berbagai situasi, sehingga keduanya menjadi panduan yang tidak terpisahkan. Nabi pernah menyampaikan:
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya: Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.”
(HR. Malik).
4. Membangun Tradisi Keilmuan:
Keharusan memahami Al-Quran mendorong lahirnya berbagai disiplin ilmu dalam Islam, seperti ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu bahasa Arab, dan ilmu kalam. Umat Islam mengembangkan berbagai metode dan pendekatan untuk menggali kandungan Al-Quran dan menerapkannya dalam kehidupan nyata.
5. Menguatkan Hubungan Spiritual:
Al-Quran menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. Membaca, menghafal, dan memahami ayat-ayat-Nya adalah bentuk ibadah yang memperkuat hubungan seorang Muslim dengan Pencipta-Nya.
Tantangan Pemahaman Al-Quran di Era Modern
Meskipun Al-Quran adalah kitab yang tidak lekang oleh waktu, umat Islam perlu terus berupaya memahami konteks kekinian agar isi dan ajarannya tetap relevan. Beberapa tantangan yang sering dihadapi meliputi:
• Pemahaman yang Tekstual vs. Kontekstual: Bagaimana menjembatani pemahaman literal Al-Quran dengan tantangan modern tanpa mengorbankan esensi ajarannya.
• Aksesibilitas: Membuat Al-Quran dapat dipahami oleh semua lapisan umat dengan terjemahan dan tafsir yang sesuai.
• Penafsiran yang Bijak: Menghindari penggunaan ayat Al-Quran di luar konteks untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Kesimpulan
Al-Quran adalah pusat kehidupan dan pemikiran umat Islam, yang dipandu oleh Sunnah Nabi Muhammad SAW. Perhatian terhadap pemahaman kitab ini tidak hanya menunjukkan cinta dan penghormatan terhadap firman Allah, tetapi juga menjadi landasan untuk membangun peradaban yang beradab dan harmonis. Oleh karena itu, sebagaimana di masa lalu, umat Islam saat ini dan di masa depan harus terus menjaga hubungan yang mendalam dengan Al-Quran, menjadikannya sumber kebijaksanaan dan solusi bagi kehidupan.
( DR Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo )